profil

GAMBARAN UMUM

A.   Geografi
Kecamatan Purwosari mempunyai luas wilayah 7175,68 Ha yang menurut kondisi tanahnya termasuk di daerah zona pegunungan seribu, terletak di bagian selatan dari Kabupaten Gunungkidul. Iklim  terdiri dari musim kemarau dan musim penghujan dimana pada musim kemarau di wilayah ini mengalami kekeringan. Rata – rata ketinggian dari permukaan air laut 134,127 m, rata – rata curah hujan 1,933 mm.
Wilayah kecamatan Purwosari dibagi menjadi 5 Desa :
1.    Desa Giripurwo                : 10      Dusun dengan luas   :27,2569 km2
2.    Desa Giricahyo                :  7       Dusun dengan luas   :16,3550 km2
3.    Desa Girijati                     :  4       Dusun dengan luas   :  7,6520 km2
4.    Desa Giriasih                   :  4       Dusun dengan luas   :  8,4334 km2
5.    Desa Giritirto                    :  7       Dusun dengan luas   : 12,0595 km2
Sedangkan batas – batas wilayah kecamatan :
·        Sebelah Utara                  : Kabupaten Bantul
·        Sebelah Timur                  : Kecamatan Panggang
·        Sebelah Selatan              : Samudera Indonesia
·        Sebelah Barat                  : Kabupaten Bantul
Secara geografis wilayah kecamatan Purwosari yang letaknya paling selatan dari ibukota Kabupaten Gunungkidul. Daerah ini terkenal sebagai daerah tandus dan senantiasa mengalami kekeringan yang berkepanjangan jika musim kemarau tiba. Kondisi yang sebagian tanah kapur menyebabkan pola pertanian  di daerah ini mempunyai perbedaan yang khas dibandingkan dengan Kecamatan di Kabupaten yang berbatasan dengan kecamatan Purwosari.
Adapun penggunaan lahan sebagai berikut :
·        Persawahan                                             : 105,2955 Ha
·        Tanah pertanian/ tegal                             : 5.404,1486 Ha
·        Bagunan dan perumahan                        : 466,8065 Ha
·        Hutan Negara                                           : 319,7640 Ha
·        Pertambangan / lainnya                          : 805,7725 Ha
Daerah ini bukan merupakan jalur ekonomi potensial dan bukan merupakan daerah pertanian, hanya saja sebagian ada yang merupakan jalur masuk obyek wisata ke Pantai Parangtritis. Dengan bentuk tanah yang bergunung – gunung dan berbukit batu oleh karena itu pada umumnya bentuk badan jalan berbelok – belok tajam naik dan turun
Gambar 1
PETA WILAYAH KECAMATAN PURWOSARI

 




















B.   Demografi
Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Purwosari berdasarkan data bulan Desember 2012 yang diperoleh PKB  Purwosari  adalah dengan perincian penduduk laki – laki :   10.818  jiwa dan perempuan :  10.191 jiwa
Dengan tingkat kepadatan peduduk 293 /km2. Jumlah penduduk Purwosari pada tahun 2012 tercatat 21.009 jiwa dengan perbandingan antara jumlah penduduk laki – laki dengan perempuan ( sex ratio ) sebesar   99,03 %. Jumlah keluarga    6.387  KK  , dengan rata – rata penduduk per keluarga ( family size ) adalah   3,29 jiwa. Komposisi penduduk Kecamatan Purwosari sebagai berikut :
Tabel. 1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

NO
KALURAHAN
JENIS KELAMIN
JUMLAH
LAKI - LAKI
PEREMPUAN
1
GIRIPURWO
4.757
4.182
8.939
2
GIRICAHYO
2.041
1.951
3.992
3
GIRIJATI
1.130
1.063
2.193
4
GIRIASIH
759
799
1.558
5
GIRITIRTO
2.131
2.196
4.327
JUMLAH
10.818
10.191
21.009
Sumber : Data Penduduk Kecamatan  Purwosari tahun 2012



Tabel. 2.
Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur

Gol. Umur
Laki - laki
Perempuan
Jumlah
0 – 4
366
316
682
5 – 14
1.623
1.355
2.978
15 – 59
4608
4316
8926
60 – 74
2.641
2.655
5.296
75 >
1.580
1.547
3.127
Total
10.818
1.191
21.009

Submer : Data Penduduk Kecamatan Purwosari Tahun 2012
Gambar 2
Piramida Penduduk
Kecamatan Purwosari tahun 2012

Dengan melihat gambar 2 menunjukkan bahwa kelompok umur yang mendominasi adalah kelompok usia produktif. Jika penduduk usia produktif semakin besar, beban tanggungan ekonomi penduduk usia produktif semakin tinggi, karena sebagian pendapatan yang diperoleh dari golongan usia produktif harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka golongan usia tidak produktif. Rasio beban tanggungan ( dependency ratio ) penduduk Kecamatan Purwosari pada tahun 2012 diperoleh angka 47,15 %. Arus mobilitas (sementara) penduduk bisa dikatakan tergolong tinggi terutama kelompok muda dan usia produktif karena ketersediaan lapangan kerja, sehingga banyak mencari lapangan kerja di wilayah lain luar Kabupaten Gunungkidul umumnya dan luar Kecamatan khususnya. Peternakan juga merupakan alternatif sumber ekonomi di pedesaan dimana setiap penduduk sebagian besar memiliki ternak disamping dari pertanian itu sendiri.

C.   Sosial Budaya
Masyarakat Purwosari Kabupaten Gunungkidul berkarakteristik Patriarki, sehingga kedudukan laki – laki masih dipandang lebih tinggi dari kaum perempuan. Demikian pula dalam hal memperoleh pendidikan, meskipun sudah ada persamaan jender.
Budaya gotong royong masih cukup tinggi pada hamper semua kelompok masyarakat, sehingga dalam memecahkan masalah yang ada di kelompok masyarakat cukup mudah dan dalam suasana kekeluargaan. Banyak dijumpai satu rumah terdiri lebih dari satu keluarga inti, yaitu dalam satu keluarga terdiri dari kakek/nenek samapi cicit. Walaupun demikian, pada pada beberapa wilayah ada arus migrasi ke kota – kota besar.
Masyarakat agraris dan umum memelihara ternak ini, sangat tergantung pada curah hujan, sehingga bilamana musim kemarau terlalu panjang, sawah dan lading tidak ditanami, makatidak ada hasil dari sawah/ladang, juga berdampak pada kurangnya Hijauan Makanan Ternak (HMT).
Pola peternakan rakyat khusunya sapid an kambing tidak begitu intensif, namun hampir sebagian besar masyarakat menpunyai ternak tersebut. Demikian pula peliharaan unggas yang menjadi permasalahan adalah penempatan kandang ternak dan peliharaan unggas yang dekat atau menyatu dengan rumah induk. Hal ini tidak memenuhi criteria rumah sehat yang diharapkan.
Karakteristik lain di Purwosari adalah tendon air atau penampungan air hujan (PAH) pada sebagian besar rumah penduduk. Dari pemantauan perilaku masyarakat, masih kurang upaya untuk membersihkan tendon air tersebut. Hal ini akan berdampak pada mutu air bersih yang memenuhi syarat – syarat kesehatan. Demikian pula dengan keberadaan telaga, sebagai reservoir air untuk keperluan masyarakat. Hampir semua telaga dimanfaatkan secara komunal baik untuk manusia maupun hewan, sehingga dari segi kesehatan sangat tidak memenuhi syarat. Sudah ada upaya untuk memisahkan tempat untuk manusia maupun hewan pada beberapa telaga.
Di beberapa desa masih dijumpai perkawinan usia dini, hal ini masih merupakan budaya. Masalah yang akan timbul yaitu bumil resti, rawan gizi, kehamilan tidak diinginkan, kematian bayi/ibu serta perceraian rumah tangga.
Peran dukun bayi telah banyak berkurang, namun banyak timbul sarana pengobatan alternatif, sebagai salah satu pola alternatif sarana pelayanan kesehatan. Pola pemilihan sarana pengobatan seperti ini perlu diwaspadai karena tidak ada jaminan apapun bagi masyarakat apabila terjadi kesalahan / pengobatan.
Trend masyarakat belakangan ini mulai bergeser pilihan model transportasi darat dari bus umum ke kendaraan bermotor roda dua yang tidak diikuti oleh perilaku berkendaraan yang tertib, sehingga kecenderungan kejadian kecelakaan lalu lintas dari tahun ke tahun meningkat. Hal ini akan sedikit banyak berpengaruh terhadap angka kecacatan, kematian, dan memperberat pembiyaan kesehatan.
Agama yang dianut oleh penduduk di wilayah Purwosari terdiri dari Islam, Kristen, Katholik, serta kepercayaan lain. Agama yang dianut sebagian besar penduduk adalah Islam.

D.   Ekonomi
Berdasarkan data yang ada di wilayah Purwosari pada tahun 2012 terdapat  7.626  jiwa masyarakat miskin dengan prosentase 36.29% dari jumlah penduduk keseluruhan
Gambar 3
PETA KEMISKINAN DI WILAYAH PURWOSARI TAHUN 2012



Sumber : Kecamatan Purwosari tahun 2012
      Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) di Kabupaten Gunungkidul menunjukan bahwa perilaku penggunaan anggaran rumah tangga yang dialokasikan untuk kebutuhan konsumsi pangan sebesar 62% dan konsumsi bukan pangan sebesar 38%. Hasil tersebut menunjukan masyarakat masih belum sejahtera, karena makin sejahtera masyarakat konsumsi non  pangan akan lebih tinggi dari konsumsi pangan.
E.   Musim dan Pola Penyakit
Wilayah Purwosari mempunyai dua musim yakni hujan dan kemarau. Pola penyakit ditandai dengan kejadian penyakit Diare di awal tahun meskipun belum menggeser posisi infeksi saluran pernafasan atas dan common cold dari sepuluh besar penyakit tahun 2012.
TBC masih menjadi penyakit yang cukup sulit ditangani, sudah bebagai cara serta inovasi  untuk menemukan penderita namun sampai akhir tahun 2012 baru mendapatkan 2 orang penderita BTA (+) di wilayah Purwosari. Kesadaran masyarakat mulai meningkat dalam pemberantasan TBC ini dengan ditandai banyak penderita yang datang di pelayanan kesehatan dengan indikasi TB.
Penyakit kulit terutama  adalah dermatitis. Penggunaan air dari berbagai sumber seperti telaga (tidak terpisah dengan ternak), PAH yang tidak dikuras diduga menjadi pemicunya. Demikian juga penyakit kulit karena jamur dan bakteri (scabies) masih sering dijumpai.
     
F.    Perkembangan Pembangunan terbaru
Perencanaan pembangunan terpadu JJLS ( Jalur Jalan Lintas Selatan ), yang mana letak UPT Puskesmas Purwosari dilewati oleh jalur ini, akan menambah dan mempermudah akses. Hal ini meningkatkan jumlah wisatawan dan juga meningkatkan kewaspadaan terhadap meningkatnya potensi kecelakaan lalu lintas.



SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A.   Umur Harapan Hidup (UHH)
Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah umur harapan hidup. Umur Harapan Hidup di Kabupaten Gunungkidul cukup baik bila dibandingkan dengan Umur  Harapan Hidup rata – rata di Indonesia. Umur yang panjang namun tidak berkualitas akan membawa konsekuensi logis pada perubahan pola penyakit degeneratif yang timbul. Hasil survey UHH sebagai berikut :
            Tabel 3
Umur Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Gunungkidul

Umur Harapan Hidup
Nasional
Kabupaten
·        Laki – laki
·        Perempuan
·        Rata – rata*)BPS GK
67,72
69,60
68,78
68,58
72,48
70,53

B.   Mortalitas
Dengan perubahan pola penyakit dan meningkatnya UHH maka pola penyakit penyebab kematian mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir. Selengkapnya disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4
Angka Kematian Penduduk Kecamatan Purwosari Tahun 2012
No
Jenis
Jumlah
1
Jumlah Kematian Bayi
1
2
Jumlah Kematian Neonatus
0
3
Jumlah Kematian Ibu
0
4
Jumlah Kematian Kasar
0
Sumber : Program KIA – KB UPT Puskesmas Purwosari 2012
      Angka kematian bayi dan ibu pada tahun 2012 data yang masuk ke UPT Puskesmas Purwosari adalah 1 dan data kematian kasar belum di dapat data yang akurat dari pemerintah desa maupun data penduduk kecamatan Purwosari

C.   Morbiditas
Angka kesakitan penduduk di wilayah Purwosari berdasarkan kunjungan pasien ke UPT Puskesmas Purwosari menurut golongan umur adalah sebagai berikut :
Tabel 5
Angka Kesakitan 0-11 bulan, Balita, dan Semua Umur
UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012
No
Golongan Umur
Jumlah
Prosentase
1
0-11 bln
248
2,2
2
Balita
420
8,40
3
Semua umur
12312
89,3
Sumber : SP2TP UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012
Pada tabel angka kesakitan berdasar kelompok umur, ternyata kelompok balita didapatkan angka prosentase 2,2 % dari jumlah kunjungan, balita 8,40 % dari jumlah kunjungan sedangkan semua semua umur 89,3 % dari total kunjungan Puskesmas pada tahun 2012. Angka kesakitan berdasar golongan umur, ternyata usia produktif didapatkan angka kunjungan tertinggi, selanjutnya usia balita pada tahun 2012.
Gambar 4
Kunjungan Pasien Rawat Jalan
UPT Puskesmas Purwosari Semua Kelompok Umur  Tahun 2012
Sumber : SP2TP UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012










Tabel  6
Angka Kesakitan Menurut Kelompok Umur (KU) Purwosari Tahun 2012

Kelompok Umur
Penduduk
Kunjungan Kasus
% KU
% Total
< 1
257
248
96,4
1,1
1 – 4
1061
1056
99,5
5,0
5 – 14
2978
1428
47,9
6,7
15 – 44
8296
7914
95,3
37,6
60 – 74
5296
1605
30,3
7,6
>75
3127
729
23,3
3,4
Jumlah




Sumber : SP2TP UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012

                                                      Gambar 5

                                                            Tabel 7
Sepuluh Besar Penyakit Semua kelompok umur
Di UPT Puskesmas Purwosari
Tahun 2012
Keterangan :
No
Diagnosa
ICD  X
Jumlah
Prosentase
1
Common cold / Nasopharingitis akut
J.00
1417
10,88
2
Infeksi akut lain pd sal pernafasan atas
J.06
861
6,63
3
Rheumatoid Arthritis
M.06
742
5,72
4
Gastritis
K.29
509
3,92
5
Penyakit pulpa dan jaringan periapikal
K04
484
3,73
6
Infeksi Kulit dan Jaringan Subkutan
L08
438
3,37
7
Asma
J.45
410
3,16
8
Diare dan gastroenteritis
A.09
312
2,4
9
Hipertensi primer
I10
294
2,27
10
Influensa, Virus terdeteksi
JII
293
2,26
Sumber : SP2TP UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012

Pada tabel angka kesakitan berdasar kelompok umur, ternyata kelompok balita didapatkan angka prosentase yang paling besar. Hal ini menandakan bahwa usia balita merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit. Selengkapnya adalah sebagai berikut:

1.   Pola Penyakit Kelompok Umur Bayi
Dari 248 jumlah total kunjungan kasus pada kelompok umur bayi (<1 tahun) tahun 2012 yang diamati di Puskesmas, penyakit Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas dan Common cold / Nasofaringitis akut masih dominan.
Gambar  6



Sumber : SP2TP UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012
Tabel  8
Sepuluh Besar Penyakit Golongan Umur bayi (< 1 Tahun)
Di UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012

No
ICD  X
Jumlah
Prosentase
1
Common cold / Nasopharingitis akut
119
28,91
2
Infeksi akut lain pd sal pernafasan atas
29
11,9
3
Infeksi kulit dan jaringan subcutan lain
19
7,8
4
Diare dan gastroenteritis
16
6,5
5
Influenza, virus tidak teridentifikasi
16
6,5
6
Demam yang tidak diketahui sebabnya
16
6,5
7
Dermatitis  lainya
7
2,8
8
Dermatitis  kontak alergi
6
2,4
9
Dermatitis  alergi
3
1,2
10
Stomatitis dan lesi – lesi yang berhubungan
3
1,2
Sumber : SP2TP UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012








2.  Pola Penyakit Kelompok Umur Balita

Dari 1.056 jumlah total kunjungan kasus kelompok umur balita, pola penyakit kelompok umur balita (< 5 tahun) di UPT Puskesmas Purwosari terbesar adalah Common cold / Nasopharingitis Akut. Pada golongan umur Balita ternyata jenis penyakit infeksi juga masih dominan.
Gambar 7



Sumber : SP2TP UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012

Tabel  9
Sepuluh Besar Penyakit Golongan Umur Balita (5 Tahun)
Di UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012

No
ICD  X
Jumlah
Prosentase
1
Common cold / Nasopharingitis akut
362
34,2
2
Diare dan gastroenteritis
92
8,7
3
Infeksi Kulit dan Jaringan Subkutan
86
8,1
4
Infeksi akut lain pd sal pernafasan atas
84
7,9
5
Influensa, Virus tidak teridentivikasi
53
5,0
6
Demam yang tidak diketahui sebabnya
44
4,1
7
Dispepsia
36
3,4
8
Dermatitis Lainya
36
3,4
9
Dermatitis kontak alergi
28
2,6
10



Sumber : SP2TP UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012









3.   Pola Penyakit Kelompok Umur Lansia (> 60 Tahun)

Dari 2.334 jumlah total kunjungan kasus kelompok umur Lansia (>60 Tahun) tahun 2012 yang diamati di UPT Puskesmas Purwosari, pola penyakit degeneratif seperti Reumathoid Arthritis serta Hipertensi primer, Asma masih terlihat dominan. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut :
Gambar 8



Sumber : SP2TP UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012

Tabel 10
Sepuluh Besar Penyakit Golongan Umur Lansia
Di UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012

No
ICD  X
Jumlah
Prosentase
1
Rheumathoid Arthritis
289
12,3
2
Asma
153
6,5
3
Hipertensi primer
141
6,0
4
Gastritis
129
5,5
5
Comman Cold/Nasopharingitis akut
125
5,3
6
Infeksi akut lain pada sal pernapasan atas
95
4,0
7
DM
54
2,3
8
Gangguan sendi
52
2,2
9
Myalgia
48
2,0
10
Gigivitis
33
1,4
Sumber : SP2TP UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012






D.   Status Gizi
Keadaan gizi masyarakat tidak lepas dari faktor internal maupun eksternal sehingga penanganan masalah gizi tidak hanya tanggung jawab jajaran kesehatan semata tetapi diperlukan keterpaduan program dalam penanggulangannya. Status gizi masyarakat dapat digambarkan dengan indikator antara lain pada status gizi balita, angka anemia anemia, Kurang Energi Protein (KEP) balita dan wanita usia subur (WUS) dengan kurang energi kronis (KEK). Status gizi masyarakat di kecamatan Purwosari pada umumnya tergolong cukup. Hal ini dibuktikan dengan angka gizi buruk balita, serta anemia ibu hamil. Cakupan pemantauan status gizi masyarakat di wilayah  Purwosari sebagai berikut :
Tabel 11
Cakupan Pemantauan Status Gizi (PSG)
di Kecamatan Purwosari Tahun 2012
Jenis Indikator
2010
2011
2012
Target
·         Status Gizi
Gizi buruk
0,40 %
0,82 %
0,65
< 5 %
Gizi kurang
8,00 %
10,1 %
11,42
< 20 %
Gizi baik
91,0 %
92,28%
86,51
> 80 %
Gizi lebih
1,0 %
0,82 %
2,08
< 3 %
·         Kurang Energi Protein
KEP Nyata
0,9 %
0,82 %
0,65
< 1 %
KEP Total (gizi kurang dan buruk)
8,4 %
10,9 %
10,50
< 35 %
·         Anemia
Anemia ibu hamil
6,8 %
7,12 %
19,5
< 30 %
Anemia balita
8,5 %
10,9 %
8,6
< 35 %
Kurang Energi Kronis (KEK) WUS
18,6 %
17,6 %
14,7
20 %
BBLR yang ditangani
100 %
100 %
100
< 10 %

Status Gizi
Target Nasional
2010
2011
2012
n
%
N
%
n
%
Buruk
< 5 %
4
0,40
9
0,82
8
0,65
Kurang
< 20 %
85
8,00
111
10,08
121
11,42
Baik
> 80 %
998
91,0
1.016
92,28
917
86,51
Lebih
< 3 %
7
1,00
9
0,82
22
2,08
Sumber : Program Gizi UPT Puskesmas Purwosari Tahun 2012
Gizi buruk dan gizi kurang prevalensinya mengalami peningkatan meskipun masih di bawah target yang ditetapkan. Demikian juga prevalensi KEP mengalami penurunan sedangkan prevalensi gizi lebih cenderung mengalami peningkatan, hal ini salah satu wujud keberhasilan kader kesehatan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Prevalensi anemia ibu hamil cenderung mengalami peningkatan ini disebabkan kepatuhan menkonsumsi tablet Fe masih kurang dan asupan makan sumber Fe juga masih kurang. Demikian pula anemia balita mengalami penurunan sebab tidak lepas dari kondisi anak  dan status gizinya.
Prevalensi KEK pada WUS mengalami penurunan dalam arti ada perbaikan dari tahun 2008 sampai dengan 2012, ini membuktikan bahwa kesadaran WUS menkonsumsi sumber energi dan protein meningkat.
Gambar  8
Prevalensi Gizi Buruk Di Wilayah Kecamatan Purwosari
Tahun 2012

 














1 komentar: